Selamat Datang

Di sini Anda dapat membaca berita tentang Maluku yang dibuat oleh LKBN ANTARA. Seluruh berita dilindungi UU Hak Cipta dan karenanya tidak diperkenankan untuk disiarkan kembali melalui media apapun tanpa izin tertulis dari LKBN ANTARA.

Jumat, 13 Mei 2011

Dokter Nona, dari Puskesmas Menuju "Ambon 1"

Oleh James.F.Ayal

Sosoknya sebagai wanita dengan sebutan "dokter nona" sangat dikenal di Kota Ambon.  Hesina Johanna Huliselan/Tetelepta, M.Kes disukai banyak kalangan dengan bicaranya yang ceplas-ceplos.

Kelahiran Saparua, Maluku Tengah, 8 Februari 1953, wanita yang terakhir menjabat Sekretaris Kota Ambon ini sekarang menjadi salah satu kandidat yang diperhitungkan dan menjadi 'buah bibir' di kancah politik jelang pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ambon, 16 Mei 2011.

Satu hal pasti, anak keempat dari Josias Huliselan dan Constantine Tupano itu merupakan salah satu sosok perempuan yang saat ini berani maju menentang dominasi kaum pria di kancah politik kota Ambon.

"Saya berani maju bertarung dan menerobos dominasi kaum pria di pilkada karena saya paling tahu kondisi kota Ambon saat ini dan apa yang harus dilakukan lima tahun mendatang," ujarnya dalam perbincangan khusus dengan ANTARA.

Dengan menggandeng Machfud Waliulu (Direktur Umum Ambon Ekspres) sebagai Wakil Wali Kota. Keduanya disosialisasikan dengan julukan "SELALU".

dr. Nona mengaku memiliki segudang "amunisi" untuk maju bertarung pada 16 Mei 2011 mendatang dan tidak lain adalah pengalamannya mengabdi sebagai di pemerintahan Kota Ambon selama sembilan tahun dan baru memasuki masa pensiun pada 1 Maret 2011.

"Dokter Puskesmas"

Johanna Huliselan memulai karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon setelah memperoleh gelar dokter dari Universitas Sam Ratulangi, Manado, pada 1981.

Setahun kemudian ia dipercaya sebagai pelayan masyarakat dengan jabatan Kepala Puskesmas Kayu Putih, Kecamatan Sirimau, (1982-1985). Medan layanannya meliputi semua desa di wilayah pegunungan selatan kota Ambon.

"Saat itu belum ada jalan aspal menuju Kayu Putih padahal letaknya hanya sekitar lima kilometer dari pusat Kota Ambon. Saya setiap hari harus berjalan kaki naik-turun bukit untuk mengunjungi dan melayani masalah masyarakat di sana," ujarnya.

Suka duka silih berganti mewarnai tugas pelayanannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

"Saya ingin mengabdikan semua kemampuan saya untuk melayani masyarakat," begitu ucapan yang sering dilontarkannya dalam berbagai kesempatan.

Kegigihan dan keuletannya mengemban tugas dan panggilan melayani masyarakat jugalah yang membuatnya dipercaya memegang berbagai jabatan penting di lingkungan Pemkot Ambon, di antaranya Kepala BKKBN Kota Ambon (1985-1993) dan Kepala Dinas kesehatan (1993-2002).

dr. Nona mengakui, kemampuan manejerialnya banyak dibentuk setelah berkiprah di dua dinas ini, terutama membangun jaringan kerja yang kuat dengan beragam instansi pemerintah dan berbagai elemen masyarakat.

"Selama menjabat Kepala Dinas Kesehatan, tugas utama saya membangun dan memperluas fasilitas pelayanan kesehatan, serta membangun disiplin dan etos kerja 450 pegawai Dinas Kesehatan. Saat itu saya hafal betul satu persatu nama pegawai," katanya.

Dengan kemampuan yang dimiliki dia kemudian diangkat menjadi Sekkot Ambon tahun 2001, sebuah jabatan strategis di pemerintahan yang tidak lazim dijabat seseorang dengan latar belakang pendidikan kesehatan.

"Saya terpilih menjadi Sekkot bukan karena 'kong-kali-kong' tetapi melalui uji kompetensi, sebuah Sistem Kompetensi Jabatan (SKJ) yang diterapkan Pemkot Ambon guna menjamin karier seorang PNS," ujarnya.

Sistem itu, katanya, mulai diterapkan Pemkot Ambon dibawah kepemimpinan Wali Kota Jopi Papilaja (pasca konflik Ambon 1999-2001) guna menciptakan iklim pemerintahan yang transparan, sejuk, bebas dari kecurigaan dan konflik kepentingan saat pengangkatan pejabat eselon II, III dan IV.

Dokter Nona beruntung karena dialah produk pertama dari penerapan sistem tersebut, yang belakangan diakui sebagai latihan baik dalam bidang pemerintahan oleh Forum Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan menjadi model di sejumlah daerah di tanah air.

"Sistem SKJ ini pun membuat pola dan kerja kota Ambon seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemkot Ambon saat ini sudah berada pada track yang benar," katanya.

Memang diakuinya masih ada pimpinan SKPD yang ditempatkan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Tetapi hal itu tidak terlalu mempengaruhi sistem dan kinerja Jajaran Pemkot Ambon.

Paling tidak SKJ yang diterapkan sejak 2001 sudah diakui pemerintah pusat melalui penghargaan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tahun 2010

"Kursi Ambon 1"

Dengan segudang pengalaman dan kemampuan yang dimiliki saat ini, dr Nona merasa siap untuk mencalonkan diri sebagai Calon Wali Kota Ambon periode 2011-2016.

Alasannya, ia merasa belum cukup berbuat untuk memajukan Ambon kendati sudah 30 tahun menjadi birokrat, terutama membangun tatanan masyarakat Ambon yang mandiri dan sejahtera.

"Karena itu saya mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Ambon lima tahun mendatang, dengan tujuan melanjutkan apa yang sudah dirintis selama dua periode kepemimpinan Wali Kota Jopi Papilaja," tandasnya.

Hal menerobos dominasi kaum pria pada Pilkada Ambon, menurutnya, bukan semata sebagai kiprah emansipasi kaum wanita di kancah politik, tetapi terpenting membangun masyarakat Kota Ambon yang tertib, mandiri, sejahtera.

Ia mengaku hanya ingin melayani rakyat dan melanjutkan pelayanan prima yang sudah dirintis selama 9 tahun sebagai Sekkot Ambon.

"Saya mencalonkan diri bukan karena ego menjadi pemimpin dan penguasa. Bukan karena saya hebat, tetapi saya tahu apa yang harus dilakukan di masa mendatang. Saya tau persis perkembangan pembangunan yang sudah dirintis selama menjadi Sekkot," katanya.

Dokter Nona sadar betul akan tanggung jawabnya yang belum selesai membangun Ambon sebagai Kota "MANISE" (maju, aman, nyaman, indah, sejahtera, elok) unggulan di Indonesia Timur.

Berpasangan dengan Machfud Waliulu, keduanya maju bertarung dengan mengusung visi dan misi "Ambon Kota layanan publik yang damai dan berkualitas".

"Jika dipercaya rakyat, maka saya dan Machfud Waliulu tidak membutuhkan waktu lama untuk belajar tentang manajemen pelayanan publik, karena semua kerangkanya masih segar melekat dalam ingatan saya selepas meninggalkan jabatan Sekkot, Maret lalu," katanya.

Dengan moto "Voor dong samua katong ada," (untuk kalian semua kami ada), Huliselan menegaskan bahwa Ambon akan mandiri dan maju sejajar dengan daerah lain di tanah air, kesejahteraan masyarakatnya terjamin jika akses pelayanan publik dilakukan dengan benar dan melibatkan semua warga.

Layanan publik berkualitas membuat kehadiran negara atau pemerintah menjadi terasa oleh warganya di mana-mana, apalagi kondisi pemerintahan kota Ambon saat ini sudah berada para track yang benar dan hanya tinggi dilakukan revitalisasi.

Dengan layanan publik efektif, maka sejumlah aspek pembangunan dapat terpenuhi dengan cepat diantaranya penguatan demokrasi dan HAM, mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan dan penguatan kepercayaan pada pemerintah.

Dalam prioritas 100 hari kerja pertama keduanya akan membuka klinik masyarakat yang dapat dilakukan dimana saja, di mana masyarakat dapat langsung bertemu dengan pimpinannya untuk menyampaikan keluhan.

Selain itu, program Wali Kota berjalan, di mana setiap dua minggu sekali wali kota akan berkantor di lima kecamatan maupun menggunakan kendaraan yang didisain khusus sebagai kantor mini dan berhenti untuk melayani masyarakat, di mana saja, di samping membangun pusat layanan kesehatan perempuan terpadu.

Masalah perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan serta revitalisasi pemukiman masyarakat juga akan dilakukan, dengan membangun rumah susun sederhana yang dapat disewakan dengan harga murah kepada masyarakat ekonomi menengan kebawah, termasuk membuka akses informasi luas kepada masyarakat.

Lainnya, meningkatkan peran media dan informasi agar masyarakat tidak lagi "melek" dengan berbagai program pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Dengan kemampuan membangun media lokal di Ambon, Waliulu menegaskan, media massa baik cetak maupun elektronik akan dimanfaatkan sebagai salah satu elemen utama untuk mensosialisasikan berbagai program pembangunan dan pelayanan publik yang dilakukan.

Dengan Pelayanan Publik Prima Ambon akan siap menjemput Milenium Development Goals (MDGs) yang sudah berada di depan mata.

"Kami SELALU siap bersama rakyat untuk membangun kehidupan berkualitas dan bermartabat di kota Ambon yang sama-sama kita cintai. Voor dong samua katong ada," ujar keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar