Selamat Datang

Di sini Anda dapat membaca berita tentang Maluku yang dibuat oleh LKBN ANTARA. Seluruh berita dilindungi UU Hak Cipta dan karenanya tidak diperkenankan untuk disiarkan kembali melalui media apapun tanpa izin tertulis dari LKBN ANTARA.

Sabtu, 30 Juli 2011

Dari Barter hingga Pencetakan Uang Palsu

Oleh Daniel Leonard

Jauh sebelum orang mengenal mata uang sebagai alat pembayaran yang sah dalam bertransaksi, masyarakat menggunakan barter dalam dunia perdagangan.

Cara itu bahkan masih dapat ditemukan di beberapa kumpulan masyarakat adat di Indonesia, yang masih melakukan tukar sekarung beras dengan pisang, jagung, atau gula pasir, tembakau, juga garam dengan daging.

Barter sangat sederhana seperti itu tentunya tidak akan menimbulkan kerugian warga yang melakukan pertukaran barang, karena ada rasa puas dan tanpa unsur penipuan.

Sekarang, umumnya orang menggunakan uang sebagai alat bayar atas barang yang dibeli.

Memang, mungkin tidak ada orang yang tahu pasti kapan uang pertama kali digunakan dalam sistem perdagangan. Tapi soal penggunaan uang palsu, ternyata sudah terjadi sekitar abad 18, tepatnya tahun 1868, di kerajaan Lydia yang sekarang dikenal sebagai Turki.

Saat itu, orang sudah menggunakan akal bulus untuk menciptakan uang palsu dari kertas yang dibuat dengan tangan.

Seiring perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi, pada masa atau era modern sekarang ini ide membuat uang palsu tetap dipraktekkan di berbagai negara, mulai yang masih berkembang maupun maju.

"Kenali Rupiahmu"

Seperti di negara lain, uang palsu pun ditemukan di Indonesia. Namun demikian, di provinsi Maluku bukti yang ditemukan ternyata sedikit.

Deputi Pemimpin BI Cabang Ambon Raden Kuncoro di Ambon, Sabtu, mengatakan, temuan uang palsu sangat sedikit di Maluku, dan ini menunjukkan sosialisasi "Kenali Rupiahmu" yang dilakukan BI berhasil sehingga masyarakat bisa membedakan ciri-ciri uang asli dan palsu.

"Temuan uang palsu yang dilaporkan bank-bank di daerah ini relatif kecil dibanding wilayah Jawa, tapi itu tentu tidak berarti kami abaikan," kata Kuncoro.

Menurutnya, BI wajib dan selalu berkoordinasi dengan aparat kepolisian bila menemukan indikasi adanya uang palsu, untuk ditindaklanjuti polisi guna kepentingan penyelidikan dan penyidikan.

Upaya penyelidikan sangat memungkinkan karena setiap laporan dari bank pasti dilengkapi data KTP dan alamat pelaku yang melakukan setoran perbankan.

"Kendati penyetor itu bukan pelaku, pengusutan asal-usul uangnya didapat dari mana dapat dilakukan," katanya.

Kuncoro berpendapat, uang palsu yang beredar di Maluku kemungkinan dibawa masuk oleh orang dari kota lain di tanah air. Jumlahnya yang sedikit terkait erat dengan kemampuan masyarakat mengenali uang asli dan yang palsu. Ini semua berkat keberhasilan sosialisasi Kenali Rupiahmu.

"Uang receh"

Memasuki bulan suci Ramadhan, BI sudah menyiapkan uang receh nominal Rp10.000 - Rp100.000 dan berkoodinasi dengan semua bank yang beroperasi di Maluku untuk menetapkan uang receh yang dibutuhkan masyarakat.

Langkah ini dilakukan juga untuk memberi jaminan tidak adanya uang palsu yang beredar di tengah masyarakat.

Sebagai bank sentral, BI telah memanggil seluruh pejabat oprerasional dan petugas bank yang beroperasi di Maluku untuk berkoordinasi dan meminta data tentang kebutuhan uang kecil dalam menyambut lebaran 1432 Hijriah.

Dari data tersebut BI menyiapkan uang kecil untuk kebutuhan penukaran, dijadwalkan mulai tanggal 15 Agustus secara serentak di seluruh Indonesia, tanpa membatasi keinginan masyarakat untuk melakukan penukaran sebelumnya.

"Agar masyarakat tidak berbondong-bondong ke BI, kami sudah siapkan kas keliling untuk beroperasi di berbagai instansi pemerintah, termasuk di kantor Pemprov, Pemkot, Mapolda, Kejaksaan, dan Pengadilan," kata Kuncoro.

Ia mengungkapkan, untuk melayani penukaran uang keperluan Idul Fitri, BI mengambil kebijakan memperbanyak pecahan Rp10 ribu ke bawah, dan menyiapkan pecahan Rp20 ribu ke atas untuk pembayaran gaji dan stok ATM selama liburan panjang.

BI Ambon juga masih menunggu kiriman pecahan Rp2.000 dan Rp100.000 dari Makassar, meskipun yang ada di kas sekarang ini sekitar Rp4,5 miliar dan mencukupi kebutuhan masyarakat di Maluku.

"Walaupun cukup, BI tetap harus punya cadangan," kata Kuncoro.

Ia menambahkan, untuk pecahan Rp1.000 masih tersedia Rp5 miliar, dan BI Ambon masih mendapatkan tambahan dari Jakarta untuk stok hingga akhir tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar