Jakarta (KM) - Penari dan penyanyi Dewi Sulastri akan mementaskan sebuah pertunjukan musik dan tari kolosal bertajuk “Dance and World Music Concert -- Jejak Asa Sang Dewi -- Representation Personal Identity” di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Minggu, 19 Juni 2011.
“Tari adalah ekspresi jiwa dan imaginasi saya. Dari sini saya menginterpretasi, mengolah, dan apa yang ingin saya persembahkan ini adalah bagian dari respon terhadap ritme perjalanan hidup saya," kata Dewi dalam siaran persnya yang diterima ANTARA, Jumat.
Dance and World Music Concert -- Jejak Asa Sang Dewi -- Representation Personal Identity diproduksi Swargaloka Art and Culture Foundation, sebuah lembaga nirlaba yang peduli pada seni dan budaya bangsa.
Pertunjukan itu melibatkan sedikitnya 150 seniman panggung, penari dan penyanyi, di antaranya Didi Nini Towok, M. Miroto, Tri Irianto, Sruti Respati, Endah Laras, artis pop Denada, Ageng Kiwi, serta para seniman alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Yogyakarta.
Diiringi Dedek Gamelan Orchestra pimpinan Dedek Wahyudi, Dance and World Music Concert -- Jejak Asa Sang Dewi -- Representation Personal Identity adalah refleksi dan gagasan dari beragam pengalaman berkesenian Dewi Sulastri selama bertahun–tahun.
Dance and World Music Concert -- Jejak Asa Sang Dewi -- Representation Personal Identity kini sedang memasuki tahap persiapan dan latihan.
Tim kreatif pertunjukan ini mencakup Ida Riyani (sutradara), Irwan Riyadi (penulis naskah), Dewi Sulastri (penata tari), Dedek Wahyudi (penata musik), Koko Sudarmaji (playground stage and set), Djito Darminto (fashion stylist and make-up), Iwan Gardiawan (audio visual), Tawal (sound stylist), Suryandoro (produser), dan Eddie Karsito (producer eksekutif).
Dedek Wahyudi adalah seorang master musik yang bulan April lalu mencatat prestasi pemecah rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dalam hal membunyikan gamelan ‘Corobalen’ 36 jam, 36 menit, 36 detik nonstop, di Jakarta.
"Nembang sejak SD"
Dewi Sulastri menggeluti dunia seni sejak belajar nembang (menyanyi), saat ia duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar (SD), di tanah kelahirannya Jepara.
Bakat itu ia kembangkan hingga menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Negeri Surakarta Jurusan Tari, dan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
“Tahun 2011 ini menjadi titik penting perjalanan berkesenian saya. Konser ini menjadi media ungkap saya di mana semua kegelisahan kreatif tertumpah," kata Dewi.
Ia mengatakan pertunjukan Dance and World Music Concert -- Jejak Asa Sang Dewi -- Representation Personal Identity merupakan representasi seni klasik, seni rakyat dengan sentuhan populis.
Kelahiran Jepara, 15 Maret 1966, Dewi selama berkarir sudah menciptakan belasan tari dan menggelar puluhan pergelaran seni.
Karyanya antara lain Tari Srimpi Retno Utama (1989), Tari Merak Mangigel (1989), Tari Bondan Suko Asih (1989), Tari Prajuritan (1989), Tari Domba Nino Banyumasan (1989), Tari Bedaya Dewi Sri (2003), Tari Bedoyo Aji Soko (2008), Tari Bedoyo Tri Sabdo Tunggal Indonesia (2009).
Selanjutnya, Tari Bedoyo Merah Putih (2009), Opera Sejarah Senopati Pamungkas (2009), dan The Indonesian Opera Drama Wayang Swargaloka yang hingga saat terus dikembangkan.
Prestasi yang pernah diraih Dewi Sulastri adalah Sutradara Terbaik Festival WOPA (Wayang Orang Panggung) se-Indonesia ke I Tahun 1987, Pemeran Terbaik Wanita Festival WOPA se-Indonesia II, III dan IV Tahun 1988 – 1989 1990,.
Selebihnya, Penari Bambangan Terbaik Lomba Tari Tradisi se-Jawa Tengah Tahun 1987, peraih Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) Tahun 2008 Sebagai Sutradara dan Penari Wayang Orang yang semua Pelakonnya Perempuan, dan Penata Tari Terbaik Festival Sendratari Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar