Oleh Lexy Sariwating
Paulus Kastanya dan La Hamsidi, satu dari delapan pasangan calon kepala daerah (Calkada) yang siap "bertarung" di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Ambon pada 16 Mei 2011, tidak asing di jajaran birokrasi di Maluku.
Keduanya yang dipromosikan dengan sapaan "KASIH" kepada 253.251 pemilih berkomitmen menerapkan ilmu dan pengalaman selama puluhan tahun berkarier di birokrasi maupun berkecimpung di berbagai organisasi sosial untuk membangun Ambon berjuluk "MANISE" ( Maju - Aman - Nyaman - Indah - Sejahtera).
Paulus dan La Hamsidi menyadari mewujudkan Ambon MANISE tidak seperti "balik telapak tangan", apalagi ibu kota provinsi Maluku ini masih berkutat dengan dampak dari "tragedi kemanusiaan" berupa konflik sosial pada 1999.
Poly sapaan akrab Paulus yang lahir di Ambon pada 14 November 1958 dan La Hamsidi di desa Eri, Kecamatan Nusaniwe 18 Juli 1945 mengakui memiliki beban moril berat sebagai "anak negeri" berpenduduk 330.355 jiwa.
"Kami tidak menawarkan program yang muluk-muluk kepada warga dengan belajar dari kenyataan setelah dipercaya ternyata mengecewakan masyarakat," ujar mereka.
Poly yang saat ini izin cuti dari Kepala Biro Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Setda Maluku bersama La Hamsidi, pensiunan Direktur Umum PT. Bank Maluku saling meminang untuk mengikuti Pilkada Ambon dengan tekad melaksanakan program pembangunan berpihak kepada rakyat.
La Hamsidi yang juga mantan Karo Keuangan Setda Maluku mengatakan, tahu kinerja dari Poly karena bertahun-tahun bersama, makanya ingin keharmonisan jalinan kerja itu dimanfaatkan untuk membangun Ambon.
"Panggilan hati berpasangan dengan adikku (Poly) kiranya bisa mendharma bakhtikan kinerja yang baik kepada masyarakat Ambon yang majemuk," ujar mantan Ketua badan Kerukunan Masyarakat Sulawesi Tenggara.
Poly dengan senyuman khasnya menanggapi pernyataan La Hamsidi yang dalam kebersamaan mengelola Biro Keuangan Setda Maluku mengakui sosoknya saat bekerja mengayomi, santun dan berpola hidup sederhana.
"Kebersamaan inilahnya memotivasi kita siap menanggalkan jabatan demi mengabdi kepada nusa dan bangsa, terutama rakyat Kota Ambon," tambahnya.
"Gerbang Ambon"
Poly sapaan akrab orang Ambon terhadap Paulus mendambakan membangun Kota Ambon dalam satu gerakan dinamis pemerintah bersama rakyat dengan dukungan swasta.
Obsesi yang dicetuskan dari pergumulan bathin dan intelektual menyikapi dinamika pembangunan di daerah ini pada beberapa tahun terakhir ini dituangkan dalam visi "Gerakan memBangun Ambon BERsih - SEjahtera -lestaRI( Gerbang Ambon Berseri).
Filosofinya yakni bersih meliputi lingkungan fisik - sosial - birokrasi. Sejahtera mengandung makna jasmani maupun rohani. Lestari mencakup makna memelihara atau merawat secara berkelanjutan.
"Jadi membangun Ambon perlu dimotivasi menjadi satu gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan MANISE," kata Poly.
Visi tersebut dituangkan dalam tiga substansi misi yakni pertama mempertahankan dan meningkatkan kualitas stabilitas sosial maupun keamanan sebagai prasyarat kondisional bagi berlangsungnya proses pembangunan yang aman dan lancar.
Kedua, mengusahakan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber - sumber pendapatan daerah melalui berbagai upaya yang legal dengan menguntungkan daerah, tapi tidak membebani masyarakat.
Ketiga, mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat melalui konsolidasi dan pemanfaatan seluruh aset pembangunan dimiliki secara optimal.
Poly mengatakan bila dipercayakan rakyat bersama La Hamsidi memimpin Kota Ambon periode 2011 - 2016, maka program prioritas yang dilaksanakan adalah mengurangi angka pengangguran.
"Tragisnya pengangguran di Kota Ambon relatif tinggi dari angkatan kerja lulusan program Sarjana (S1) yang sebenarnya masih 'tergiur' menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)," ujarnya.
Oleh karena itu, dia memandang perlu berkoordinasi dengan Pemprov Maluku dan sembilan pemerintah kabupaten dan Kota Tual agar melaksanakan pembangunan yang sinergis dan strategis sehingga Ambon tidak dibanjiri arus urbanisasi.
"Bayangkan dengan ribuan Sarjana (S1) setiap tahun diluluskan perguruan tinggi negeri maupun swasta, maka bisa dikalkulasikan betapa besar angka pengangguran intelektual yang harus menjadi beban para orangtua," kata Poly.
Terpenting lagi, menurut dia, pola pikir orangtua dan anak diubah untuk tidak semata bila lulus S1 harus menjadi PNS, tapi diarahkan berusaha menciptakan lapangan kerja yang nantinya turut menyerap tenaga kerja sehingga mendukung pemerintah mengatasi berbagai dampak sosial.
"Kami mengarahkan program pemberdayaan untuk mengatasi pengangguran dengan mengoptimalkan peranan koperasi dan usaha kecil menengah sehingga para lulusan S1 maupun SMA dan sederajat bisa mengelola potensi sumber daya alam," ujar Poly.
Obsesi Poly menjadikan Ambon sebagai kota hunian yang berkelanjutan dan La Hamsidi mendambakan ibu kota provinsi Maluku ini menjadi rumah bagi warganya menjadi modal utama menata daerah ini agar damai, bersih, sejahtera dan lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar