Oleh Daniel Leonard
Olivia Latuconsina sosok perempuan muslim yang lembut, bersahaja dan berkharisma. Ia memiliki tekad kuat untuk membangun Ambon lebih baik lagi.
Terhitung lima tahun terakhir (2006-2011) ia aktif di pemerintah Kota Ambon karena jabatannya sebagai Wakil wali Kota berpasangan dengan Jopi Papilaja sebagai wali Kotanya.
Lahir di Makassar 16 Oktober 1968 dari sebuah keluarga birokrat. Ayahnya seorang pejabat di lingkup pemerintah Provinsi Maluku, tetapi wanita yang akrab disapa "Ovi" ini lebih memilih "banting stir" menjadi pengusaha ketimbang menjadi PNS mengikuti jejak sang ayah, apalagi peluangnya terbuka lebar.
"Ambon membutuhkan sentuhan wanita," ucap Olivia. Alasannya simpel karena dilatari keinginan besar untuk merubah dan memperbaiki pemerintahan kota Ambon bersama masyarakatnya.
"Perbaikan kualitas secara pribadi untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini. Itu yang menjadi semangat mendorong untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan Ambon," kata Olivia dalam perbincangan dengan ANTARA.
Jebolan pasca sarjana IPB Bogor dan English course La trobe University Melbourne Australia ini mengakui, lima tahun melayani masyarakat, ternyata masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi.
"Orang Ambon bilang kalau pun ada kekurangan seng (tidak) mungkin beta (saya) kasih tinggal piring kotor par (untuk) orang lain cuci," katanya.
Alumnus pengkaderan Partai Golkar ini menjajaki kepemimpinan eksekutif kota Ambon ketika digandeng M.J Papilaja sebagai Wakil Wali Kota periode 2006-2011.
Sejumlah keberhasilan telah diraih Olivia baik saat menjadi aktivis maupun saat mengabdikan diri sebagai Wakil Wali Kota. Bersama Papilaja keduanya membuat gebrakan dengan program akte kelahiran gratis. Program ini cukup berhasil membantu masyarakat terutama mereka yang kurang mampu.
"Sampah"
Menurut Olivia, persoalan pelik perkotaan yakni masalah sampah, karena itu paska konflik masalah ini menjadi prioritas kerja.
Menariknya Olivia mengajak ibu-ibu yang tergabung dalam PKK untuk memikirkan bagaimana menengani sampah mulai dari rumah tangga.
Karena itu, tidak heran jika di Ambon banyak bermunculan kelompok ibu-ibu yang bekerja sambilan membuat kerajinan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sebenarnya sudah menjadi sampah.
Tingkat kematian ibu dan anak yang cukup tinggi juga menjadi masalah penting. Karena itu langkah strategis yang dilakukan adalah pembentukan program pemeriksaan kesehatan, reproduksi perempuan di puskesmas. Program ini ikut menekan angka kematian ibu dan anak di kota ini," kata ibu empat orang anak ini.
Lewat tangan dinginnya, Olivia bersama tim kecil yang dibentuknya berusaha menyelesaikan persoalan pedagang kaki lima (PKL) di pasar Mardika. Langkah strategis yakni pemberdayaan pedagang sektor informal dengan terobosan mengusulkan pembangunan pusat cinderamata khas Maluku, selain menguntungkan pedagang juga sekaligus mempromosikan dan melestarikan budaya Maluku.
Di tengah kesibukannya sebagai Wakil Wali Kota, Olivia masih dipercaya sebagai Ketua Badan Anti Narkotika (BNK) kota Ambon. Program pamungkas 5.000 rumah Makahina (Masyarakat dan Keluarga Ambon Hindari Narkoba) serta Siwalima (siswa Ambon ......) mengantarkannya memperoleh rekor MURI , sebagai bukti integritas dan karya baktinya kepada masyarakat.
Pengalamannya yang komplit selama menjabat wakil wali kota membuatnya sangat paham tentang pembangunan kota Ambon, karena menurutnya Ambon harus menjadi kota dunia melalui kerja sama sister city Ambon-Vlissingen (Belanda), di mana Olivia bertindak sebagai Ketua Komite Pengarah (steering comitee).
"Gandeng Musisi"
Bertekad bangun kota Ambon sebagai kota pariwisata, sesuai sejarah kota yang telah berusia 434 tahun dan memiliki berbagai keunikan pada aspek kemasyarakatan, budaya dan pembangunan, mendorong Olivia untuk menggandeng musisi kelas dunia Andre Hehanussa untuk bersama-sama membangun Ambon.
Bermodalkan visi Ambon sebagi kota pariwisata yang berbudaya, berpendidikan dan berkarakter, sehat dan ramah lingkungan atas dasar persaudaraan untuk menciptakan masyarakat yang maju dan mandiri, maka tercetuslah Pasangan LATUNUSA.
Pasangan "Latunusa" ini dijahit dari klan Latuconsina dan Hehanussa, apalagi keduanya berasal dari dua kampung berlainan agama, tetapi memiliki ikatan persaudaraan "gandong" (saudara sekandung) yang sudah terikat sejak jaman leluhur.
Dua mata air bertemu mengusung spirit Latunusa, pasangan politisi-musisi berdedikasi ini ingin bangun pada semua bidang yakni pemerintahan sampai komunitas, karena panggilan yang kuat untuk tanah air leluhur mereka.
"Atas dasar itu beta dan Andre ingin bawa Ambon ke arah yang dimimpikan. Ambon sudah fokus ke arah kota pariwisata. Kini saatnya bagi kami berdua untuk mewujudkan semuanya," katanya.
Andre Hehanussa dikenal masyarakat sebagai penyanyi dan pelantun hits "Kuta Bali" yang mendunia serta "Bidadari" ini menempatkan dirinya sebagai musisi papan atas Indonesia dengan genre musik yang khas yakni menebar romansa dipadu lirik eksotis.
Suami Cut Rizky Teo ini pun mencatatkan dirinya sebagai musisi dunia setelah berduet dengan musisi dunia Julio Iglesias dalam lagu Too All In The Girls I've Loved Before.
Pria kelahiran Makassar 24 Juli 1964 ini adalah ciri nyong Ambon tulen, terlihat dari paras dan karakter seni menyanyi yang kuat. Andre boleh disebut sebagai salah satu talenta pemusik sekelas Iwan Fals, Glenn Fredly dan alm. Broery Pesulima.
Kota Ambon bagi Andre adalah ikon, mitos dan etos. Sebagai nyong Ambon yang tidak dibesarkan di tanah kelahirannya, Andre sadar paska konflik ikon Ambon yang manise harus diraih kembali. Etos hidup "orang basudara" yang melandasi persaudaraan harus diraih kembali dengan mitos kabaressy (pemberani) dan kapitan (panglima perang).
Andre pun menemukan panggilan utuh untuk mengabdi dengan niat suci, jaringan serta kemauan kalesang (peduli) Ambon yang memaksanya menerima pinangan Oliv Latuconsina untuk maju sebagai pasangan calon Wakil Wali Kota.
Andre ingin terus bernyanyi di panggung politik sebenarnya. Musik dahulu adalah cara dia berpolitik dangan romansa dan kesadaran diri.
Dengan politik pula kini dia akan terus "menyanyi" untuk bangun Ambon bersama dukungan dan kepercayaan masyarakat untuk mengantarkan pasangan LATUNUSA di posisi "Ambon 1"
"kalesang Ambon"
Gagasan "Kalesang" negeri adalah ikon dari cita-citra pasangan LATUNUSA untuk menjadikan Ambon lebih maju, manis, sejahtera dan mandiri.
"Kalesang menjadi konsep dasar pijak katong (kita) orang Ambon jika berkeinginan menjadikan semuanya lebih baik. Kalesang hanya moral kearifan lokal yang memiliki nilai "care" tanggung jawab sebagai manusia terhadap anak-anak yang diwariskan pada generasi mendatang," kata Latuconsina.
Menurutnya, saatnya kita harus berfikir dampak yang akan datangdengan melakukan kalesang apa saja, karena kalesang itu datang dari dasar pikir kita sebagai orang Ambon.
"Semua itu bisa terwujud dengan kalesang pikiran dan hati dan diatualisasikan dalam perilaku, bukan hanya sekedar kalesang lingkungan tapi tanggung jawab moral seluruh warga Ambon," ujar Olivia.
Melakukan semuanya ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan, karena pemerintah memiliki nilai positif dan negatif. dan bukan tidak mungkin semuanya bisa terlaksana jika masyarakat dan pemerintah berjalan sinergis dan memiliki konsep kalesang yang sama.
Olivia menambahkan, Pemerintah tanpa dukungan rakyat, bagaikan kapal tanpa kemudi, Ambon harus lebih baik dari lima tahun lalu, rakyatnya harus lebih sejahtera, semuanya akan terwujud jika katong punya komitmen besar untuk kalesang demi Ambon yang lebih baik.
"Mari katong kalesang Ambon agar lebih sejahtera, bersih dengan menciptakan lapangan pekerjaan, kelesang voor pendidikan anak dan kesehatan yang murah, pemberdayakan usaha kecil dan menegah, perumahan yang layak dan tidak macet lagi," kata Olivia dia akhir percakapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar