oleh Shariva Alaidrus
Pembenahan Kota Ambon sebagai ibu kota Provinsi Maluku secara total menjadi isu sentral dari proram yang akan dilaksanakan calon Waki Kota dan Wakil Wali Kota Ambon periode 2011-2016 Richard Louhenapessy dan MAS Latuconsina, bila mereka terpilih dalam pilkada tanggal 16 Mei 2011.
Program yang disuarakan Paparisa merupakan perpaduan antara konsep yang pernah dijalankan oleh Wali Kota Ambon Markus Jacob Papilaja, yang kala itu berpasangan dengan Syraif Hadler sebagai Wakil Wali Kota (periode 2001-2006) dan Papilaja - Olivia Lattuconsina (periode 2006-20011).
"Konsep Benahi Ambon adalah kelanjutan dari program sepuluh tahun yang pernah dijalankan oleh Wali Kota MJ Papilaya semasa memimpin Ambon dua periode bersama wakilnya Pak Syarif Hadler lima tahun pertama dan Ibu Olivia Lattuconsina," kata Richard Louhenapessy.
Richard mengakui, periode lima tahun pertama pascakonflik 1999 yang dijalankan duet Papilaja - Hadler kala itu sangat berat yakni melakukan rekonsiliasi dua komunitas yang bertikai yakni umat Islam dan Kristen di kota bertajuk Manise tersebut.
"Perjuangan memulihkan dan mengembalikan citra kota Ambon Manise merupakan periode berat bagi duet Jopi Papilaya dan Syarif Hadler," katanya.
Louhenapessy, yang sudah tiga periode duduk sebagai anggota DPRD Maluku, memiliki filosofi sederhana menyangkut pencalonannya bersama Latuconsina, yakni menjadi pemimpin bukan untuk dilayani tapi untuk melayani rakyat.
"Tujuan saya mencalonkan diri untuk maju sebagai calon Walikota Ambon adalah untuk mengabdi kepada masyarakat," katanya.
"Dipercaya masyarakat"
Berbekal nilai-nilai dan tekad politik itu, Richard Louhenapessy banyak meraih simpati rakyat.
Di dua pemilu legislatif yang diikutinya sejak tahun 2000, ia mengntongi banyak suara dukungan yang memuluskan jalannya ke DPRD Maluku.
Pada pemilu legislatif 2009, Richard meraih kepercayaan penuh dari rakyat. Ini terbukti dari perolehan suara pendukung yang jumlahnya berada di atas semua calon legislatif terpilih lainnya.
Suara yang diberikan rakyat kepadanya menembus Bilangan Pembagi Pemilih (BPP), bahkan surplus 3.500 suara melebihi BPP dari daerah pemilihan Kota Ambon untuk kursi DRPD Maluku.
Prestasi yang diraih Richard tergolong spektakuler. Pasalnya, dari 33 provinsi di Indonesia, dengan ribuan calon anggota DPRD provinsi di seluruh Indonesia, hanya 11 orang yang terpilih dengan mandat penuh dari rakyat. Salah satunya adalah Richard Louhenapessy.
Buah dari filosofi politik yang dijalankan secara konsisten itu, diakui Richard, telah memberinya keseimbangan yang baik antara posisi politik dan kepercayaan politik yang diterimanya dari rakyat.
Mantan Ketua DPRD Provinsi Maluku periode 2004-2009 ini mengatakan, kegagalannya di Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Ambon tahun 2006, adalah pelajaran yang sangat berharga bagi dirinya. Dia kalah dari MJ Papilaya yang kembali terpilih untuk kali keduanya.
Richard bukan saja menjadi figur publik yang dicintai rakyat, di mata anak dan istri, Richard adalah sosok suami dan ayah yang sempurna. Dia bukan hanya bisa memberi nafkah lahir, namun jiga sarat dengan keteladanan dan motivasi.
"Papa adalah sosok yang bertanggung jawab," kata Erleen, anak tertua Richard.
Menurut Erleen, bapaknya tidak hanya bisa menerapkan kaidah-kaidah demokrasi secara normatif dalam organisasi dan aktivitas publiknya, namun nilai-nilai itu juga dibumikan hingga di rumah.
"Setiap ada saran dari kami, papa selalu pertimbangkan. Papa lalu berdiskusi dengan kami untuk mengambil keputusan. Papa itu orang yang terbuka dan demokratis," ujar Erleen.
"Dua pemikiran"
Tekad membenahi Ambon lebih maju adalah mengawinkan pemikiran seorang Richard Louhenpessy dan pemikiran birokrasi MAS Latuconsian yang akrab disapa Bung Sam.
Meskipun terbilang belia, Sam Lattuconsina saat dipercayakan MJ Papilaya memimpin Dinas Tata Kota Ambon berhasil mengukir prestasi.
Sam mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) melampaui target, dinas yang dipimpinnya sekaligus mengantarkan Kota Ambon meraih Juara I Sayembara Desain Ruang Terbuka Hijau dan Juara II Lomba Penataan Ruang Berkelanjutan di tingkat nasional.
"Keinginan saya untuk maju sebagai calon Wakil Wali Kota mendampingi Bung Ris sebagai calon Wali Kota adalah kterpanggilan hati nurani untuk mengabdi kepada masyarakat kota Ambon." kata Sam.
Mantan Ketua KPNI Maluku Tengah dan Provinsi Maluku ini telah membuktikan integritas dan kapasitasnya sebagai pemimpin.
Peran dari Dinas Tata Kota bukan saja mengurus soal Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tapi juga penataan kawasan, penataan ruang hijau, penataan pemukiman, penataan bangunan dan penataan lingkungan.
Tahun pertama memimpin, Sam langsung membuat gebrakan dengan menerapkan sistem birokrasi yang memberdayakan semua potensi pegawai.
Pada struktur sistem perizinan dan IMB, Sam menerapkan aturan yang tidak ditangani oleh satu orang saja. Tidak ada pegawai, termasuk kepala dinas yang memiliki otoritas besar karena sistem kerja tim benar-benar diterapkannya.
"Sistem ini tidak membuka peluang terjadi korupsi. Tidak ada posisi yang diberikan otoritas besar, sebab semua fungsi diberdayakan. Fungsi pengawasan dan fungsi struktural lainnya juga berjalan baik. Inilah konsep benahi Ambon dari korupsi" kata Sam.
Sistem yang tertata itu terbukti. Dinas yang dipimpinnya, meraih PAD lebih sebesar Rp3,3 miliar dari target Rp2,5 miliar.
"Menerapkan sistem manajerial sesuai Tupoksi para pegawai adalah kunci sukses meraih prestasi," katanya.
Prestasi lain yang diraih Sam, pada pengujung tahun 2010, Dinas Tata Kota Ambon bahkan berhasil mengantarkan Kota Ambon meraih dua gelar prestise tingkat nasional, yakni Juara I Sayembara Desain Tata Ruang Terbuka Hijau dan Juara II Lomba Penataan Ruang Berkelanjutan.
"Ambon Untuk Semua"
Filosofi benahi Ambon dan Ambon untuk semua yang diusung Paparisa memiliki pengertian penciptaan toleransi dan soliditas yang tinggi antarseluruh komponen masyarakat, sehingga kota Ambon tidak dipandang sebagai milik komunitas, suku kelompok dan golongan tertentu, tetapi milik bersama seluruh warga kota.
Ada sembilan konsep untuk Benahi Ambon antara lain Aman, Terang,Tertib, Bersih, Indah, Cerdas, Sehat, Sejahtera dan Bertoleransi.
"Itu berarti seluruh warga kota memiliki kewajiban yang sama dalam setiap upaya yang dilakukan, untuk membangun dan memajukan kota Ambon, serta memliki hak yang sama untuk menikmati hasil dari proses pembangunan yang dilakukan" kata Richard.
Richard - Sam rela meninggalkan kursi kemepimpinan mereka untuk maju sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wli Kota karena keterpanggilan hati nurani yang tulus untuk berbakti dan melayani masyarakat di berbagai sektor pembangunan maupun pelayanan publik.
Menurut pasangan kandidat ini, upaya pembenahan Ambon yang aman adalah faktor penunjang pembangunan, peluang investasi, serta interaksi dan komunikasi sosial.
Stabilitas keamanan yang kondusif akan menentukan pelaksanaan pembangunan di segala bidang, dan harus dimulai dari keluarga dan lingkungan.
Suksesnya penyelengaraan pembangunan, bagi Paparisa, tidak terlepas dari kecakapan dan kepemimpinan, juga profesionalitas yang mendudukkan "the right man on the right place".
"Birokrasi yang kuat dan bersih harus dilakukan sesuai dengan kemapuan yang dimiliki, bukan berdasarkan 'like and dislike'," kata Richard.
Peningkatan pendidikan, kesehatan yang dibarengi keseimbangan ekologis lingkungan hidup merupakan salah satu visi yang ingin diterapkan Paparisa jika dipercayakan rakyat memimpin kota Ambon.
Selain itu, penegakan hukum akan dijadikan dasar untuk menggairahkan geliat ekonomi berbasis kerakyatan.
Menurut MAS Latuconsina, terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, pencapaian standar pelayanan publik, peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal pun merupakan visi yang akan dilaksanakan Paparisa.
"Di sisi lain, iklim usaha swasta yang sehat, dinamis dan kondusif akan didorong demi peningkatan angka investasi yang pada gilirannya membuka lapangan kerja bagi generasi muda Kota Ambon," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa harmonisasi kehidupan warga kota yang memiliki nilai "Pela dan Gandong" akan terus dipertahankan untuk membangun Kota Ambon yang damai dengan masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi dalam perbedaan.
Dalam pilkada Kota Ambon 2011-2016, pasangan berjuluk Paparisa ini akan bertarung melawan tujuh pasangan kandidat lainnya, yakni pasangan H.J. Huliselan-Machfud Waliulu (Selalu), Olivia Latuconsina - Andre Hehanussa (Latunusa) dan Lukcy Watimurry-Hero Drachman.
Pasangan Polly Kastanya-La Hamsidi (Kasih), Daniel Palapia-La Suriadi serta dua pasangan dari jalur independen yakni Abraham Pakel-Saidin Ernas, dan Ferry Wattimury-Awath Ternate (Wate).
Akankah Paparisa keluar sebagai pemenang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar