Selamat Datang

Di sini Anda dapat membaca berita tentang Maluku yang dibuat oleh LKBN ANTARA. Seluruh berita dilindungi UU Hak Cipta dan karenanya tidak diperkenankan untuk disiarkan kembali melalui media apapun tanpa izin tertulis dari LKBN ANTARA.

Senin, 09 Mei 2011

Lucky Wattimury Mundur dari DPRD Demi Kota Ambon

Oleh Daniel Leonard

Sosok Lucky Wattimury bagi masyarakat Kota Ambon secara khusus dan Maluku pada umumnya sudah dikenal sebagai figur politisi yang berkiprah di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan selama ini.

Lebih dari dua periode menjadi Ketua DPRD Kota Ambon sejak tahun 1999-2004 dan 2004-2009, Wattimury melanjutkan karier politiknya menjadi anggota DPRD Maluku periode 2009-2014 sebagai Wakil Ketua dewan dari Fraksi - PDI Perjuangan.

Lahir di Desa Porto, Kecamatan Saparua 51 tahun silam, tepatnya tanggal 21 Juli 1960, Wattimury menamatkan pendidikan dasar tahun 1973 dan SLTP di Saparua tahun 1976 hingga menamatkan pendidikan SMA tahun 1979 di Masohi (Malteng).

"Jabatan Wakil Ketua DPRD Maluku saat ini memang strategis namun kami rela meletakkan jabatan dan mundur dari anggota DPRD Maluku untuk lebih fokus membangun Kota Ambon melalui Pilkada Wali Kota yang akan berlangsung 16 Mei," kata Wattimury di Ambon.

Wattimury yang berpasangan dengan Hero A. Drachman dalam Pilkada Kota periode 2011-2016 ini secara resmi telah memasukan surat penunduran diri sebagia wakil ketua dewan dan meminta izin cuti selama mengikuti proses Pilkada.

Menurutnya, sejarah kelam kehidupan masyarakat Maluku secara umum dan Kota Ambon khususnya pada 19 Januari 1999 lalu menjadi pengalaman yang berharga meski sangat pahit dirasakan.

Peristiwa memilukan ini sempat menghancurkan sendi-sendi kehidupan serta perilaku masyarakat Kota Ambon yang selama ini dikenal ramah dan bersahabat serta terbuka dengan siapa saja.

Interaksi sosial antarwarga kota dilatari semangat 'Orang Basudara' serta nilai-nilai adat yang kuat dan bersikap terbuka terhadap berbagai perubahan, menjadi kekuatan tersendiri dalam mendinamiskan gerak pembangunan.

"Ciri hidup masyarakat yang religius juga turut berdampak bagi keutuhan dan kesatuan menatap Ambon Manise di masa datang," katanya.

Luas wilayah kotanya hanya 377 kilometer persegi dan dihuni 330.355 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 5,56 persen per tahun, menjadikan Kota Ambon kawasan strategis dan penting sebagai pintu masuk dan keluarnya orang, barang dan jasa serta menjadi simbol perkembangan pembangunan masyarakat Maluku.

Kata 'Manise' menjadi visi Wattimury dengan pasangan Cawalali Hero Drachman yang akrab disapa "Pattimura".

"Suasana religiositas"

Visi kandidat Calkada nomor urut delapan ini menujukkan komitmen membangun Kota Ambon yang Maju, Aman, Nyaman, Indah dan Sejahtera.

"Filosofi 'Ambon Manise' juga harus dijadikan roh guna menata Ambon ke depan dalam suasana religiositas orang Ambon," kata pria kelahiran 51 tahun silam ini, tepatnya tanggal 21 Juli 1960.

Wattimury rela mengundurkan diri dari keanggotaan DPRD Maluku periode 2009-2014 dengan posisi Wakil Ketua dari Fraksi PDI Perjuangan untuk merebut kursi Wali Kota Ambon periode 2011-2016.

"Karena kami ingin menjadikan Ambon Manise sebagai cermin Maluku baru dengan visi terwujudnya masyarakat yang bermartabat dan berdaya saing dengan dijiwai nilai-nilai kearifan lokal dan persaudaraan sejati," kata pria lulusan S2 Universitas Kristen Indomesian Maluku (UKIM) Ambon 2004 jurusan agama dan kebudayaan ini.

Dia menilai di antara berbagai sektor yang menjadi potensi ekonomi masyarakat Kota Ambon yang perlu dibangun seperti perikanan yang memiliki prospek dominan untuk dikembangkan, di samping sektor pariwisata, perdagangan dan jasa sehingga pendapatan perkapita dapat ditingkatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Membangun Ambon Manise yang berdaya saing adalah kesadaran terhadap perkembangan Iptek yang dapat mempengaruhi penetapan kebijakan pembangunan, serta menyadari bahwa tantangan dan daya saing dalam dinamika pembangunan.

Bertolak dari visi di atas, pasangan Pattimura mengusung misi terbangunnya masyarakat Ambon yang maju di bidang ekonomi, sosial budaya, politik, kamtibmas, hukum dan bidang pembangunan strategis lainnya di tengah tantangan yang kian mengglobal.

"Bila dipercayakan warga dan terpilih dalam Pilkada 16 Mei nanti, misi lain yang ingin diwujudkan adalah terbinanya masyarakat yang aman, nyaman dan indah dalam solidaritas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara berkualitas," katanya.

Pasangan Wattimury, Hero A. Drachman, SH mengaku mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota periode lima tahun ke depan semata-mata karena dirinya merasa terpanggil untuk mengabdi membangun Kota Ambon.

"Sebelumnya, saya adalah pegawai Kementerian Sosial dan berkeliling Indonesia saat menangani sejumlah proyek nasional, tapi kondisi masyarakat Maluku secara umum dan Ambon khususnya menjadi hancur akibat konflik membuat saya merasa sedih dan bertekad membangun kehidupan warga," katanya.

Usai menyelesaikan studi progma S1 di Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon 1987, Hero Drachman merantau ke Jakarta dan akhirnya menjadi PNS di Kementerian Sosial.

Pria kelahiran 14 Oktober 1958 ini memutuskan kembali ke Ambon tahun 2003, disaat situasi dan kondisi keamanan belum terlalu kondusif karena dia menangis melihat kehidupan masyarakat semakin hancur, sementara daerah lain di Indonesia seperti Padang dan kota lainnya tetap giat membangun kota dan masyarakatnya.

Sebelum menjabat Kepala Dinas Sosial Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), bapak tiga anak ini sempat membuka sebuah Warung Kopi di kawasan jalan A.M Sangadji yang menjadi lokasi perbatasan selama konflik.

Tujuan membuka warung kopi yang sangat digemari warga Kota Ambon di kawasan perbatasan ini secara tidak langsung mengajak warga untuk rekonsiliasi dan saling melihat kondisi kehidupan yang hancur selama konflik.

"Saya namakan warung kopinya 'Salemba 28' sebagai penghormatan selama menjadi PNS di Kementerian dan kantornya terletak di Jalan Salemba nomor 28," katanya.

Pasangan calkada Kota Ambon  Lucky Wattimur - Hero Drachman mengaku, bila dipercaya masyarakat maka mereka akan menghormati sistem penjenjangan dalam birokrasi Pemkot.

"Tak perlu dilakukan pemaksaan terhadap seseorang untuk menduduki jabatan SKPD di Pemkot tapi harus mengutamakan penjenjangan, karir dan kepangkatan sehingga pelayanan birokrasi kepada masyarakat diprioritaskan," kata Hero Drachman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar