Selamat Datang

Di sini Anda dapat membaca berita tentang Maluku yang dibuat oleh LKBN ANTARA. Seluruh berita dilindungi UU Hak Cipta dan karenanya tidak diperkenankan untuk disiarkan kembali melalui media apapun tanpa izin tertulis dari LKBN ANTARA.

Senin, 02 Mei 2011

Henry Subiakto: Media Tidak Hargai Pendidikan

Jakarta (KM) - Dosen Etika dan Hukum Media Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Henry Subiakto, menilai media massa tidak menghargai pendidikan.

"Lihat saja pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Senin (2/5) pagi, hampir semuanya 'business as usual'," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Amat ironis, lanjutnya, karena media televisi, misalnya, pagi-pagi sudah mengumpulkan anak-anak muda atau remaja yang merupakan pelajar dan mahasiswa.

"Mereka bukan untuk belajar atau dididik tetapi diajak 'hedon', berjingkrak menonton musik 'live' pagi hari," ungkapnya.

Ia lalu menunjuk sejumlah acara 'hingar bingar' yang kurang punya kaitan dengan pemberdayaan karakter bangsa.

"Ada 'Inbox' di SCTV yang 'gak peduli dengan pagi saatnya belajar, begitu pula 'Dahsyat' di RCTI, 'Dering' di Trans TV. Semua tiap pagi 'ngajak hura-hura, bukannya mengingatkan waktu belajar," sergahnya.

Henry Subiakto menyayangkan, di Hari Pendidikan Nasional pun, mereka sama saja.

"Hanya 'presenter'-nya pakai pakaian seragam SMA,... terus apa maksudnya," tanyanya dalam nada tinggi.

   
"Milik Semua"

Menanggapi realitas itu, Henry Subiakto mempertanyakan kepedulian semua elemen terhadap upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat konstitusi.

"Ini menjadi pertanyaan besar. Juga, sudahkah kita menjadi pendidik yang baik bagi mahasiswa, keluarga, dan lingkungan," tanya lagi.

Ia menambahkan, di tengah kekurangan, kelemahan dan juga keterbatasan diri serta sistem pendidikan yang ada, lakukanlah apa pun.

"Iya, lakukan apa pun yang kita bisa, semampu kita dengan niat yang tulus dari hati. Untuk itu, saya menghaturkan selamat memperingati Hardiknas untuk semua akademia," ucapnya.

Ia kemudian mengingatkan, Hardiknas harus menjadi milik kita semua.

"Bukan hanya milik Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). Karena pendidikan itu semuanya terlibat, maka harus menjadi perhatian dan tanggung jawab semua elemen bangsa," tegasnya.

   
"Peran Media"

Masalahnya, apakah di luar Kemdiknas dan jajarannya, ikut merasa menjadi bagian dari Pendidikan Nasional?

"Pendidikan itu bukan hanya di sekolah, tapi ada di masyarakat. Nah, kalau masyarakat tidak ikut 'concern' pada pendidikan, ya akan terjadi degradasi nilai tentang pentingnya pendidikan," tandasnya.

Karena itu, ia mengingatkan pula, peran media massa amat penting, jangan budaya hedon dan instan saja yang ditonjolkan.

"Berilah perhatian dan penghargaan pada pendidikan. Caranya, mereka yang berjuang di dunia pendidikan diberi tempat di media, jangan malah orang-orang yang tanpa proses pendidikan, hanya karena jadi artis lalu dipuja puja," tegas Henry Subiakto.

Menurut dia, jadikan agenda media dengan tokoh-tokoh yang bisa menjadi panutan karena proses pendidikannya yang baik.

"Ini penting, untuk mengapresiasi proses pendidikan, sehingga masyarakat juga menghargai proses pendidikan, bukan sebaliknya," katanya.

Artinya, lanjutnya, orang-orang pandai dari proses pendidikan yang baik harus mendapatkan penghargaan.

"Generasi muda juga ingin mengejar pendidikan hingga yang tertinggi dan terbaik," pungkas Henry Subiakto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar