Ambon (KM) - Colupsia, salah satu lembaga independen yang peduli dengan masalah lingkungan, menggandeng kalangan pers di Ambon, Maluku untuk melakukan advokasi terkait pengembangan kawasan Taman Nasional Manusela di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.
Kegiatan advokasi itu diawali dengan lokakarya yang melibatkan 15 orang wartawan dari sejumlah media di Kota Ambon, Selasa, dengan tujuan mengumpulkan berbagai masukkan dan perkembangan seputar potensi dan pengembangan kawasan TN Manusela yang sudah dilakukan.
Direktur Perkumpulan Telapak (salah satu organisasi yang tergabung dalam Colupsia), Ridzki Rinanto Sigit, mengatakan, lokakarya itu ditujukan untuk membangun kapasitas jurnalis dan media di Maluku, khususnya di Ambon terhadap isu-isu kunci.
"Isu-isu kunci tersebut yakni yang terkait pengelolaan sumberdaya alam, tata ruang, dan pemanfaatan jasa lingkungan dengan mengambil lokasi pada kawasan ekosistem Manusela di Seram," kata dia.
Menurutnya, dalam konteks Provinsi Maluku, maka Kawasan TN Manusela di Pulau Seram merupakan salah satu kawasan konservasi penting di daratan dengan luas 189.000 hektar dan ditetapkan dengan SK No. 281/Kpts-VI/1997.
Selain dihuni beragam spesifik endemik yang merupakan daerah khas Wallacea, maka TN manusela memiliki berbagai keunikan topografi yang terbentuk dari ekosistem karst yang khas.
Dari sisi budaya di dalam dan sekitar kawasan TN Manusela, tinggal generasi demi generasi kelompok masyarakat yang sebagian besar diantaranya masih terikat kepada sistem pranata adat, di mana menjadi aset nasional, tetapi juga internasional.
"Namun demikian, hingga saat ini masih banyak warga masyarakat yang belum paham dan mengetahui secara penuh mengenai hal ini. Makanya peran media sebagai agen untuk mengedukasi masyarakat, menjadi sangat penting sebagai penghubung (media channels), sekaligus menjadi medium untuk mendesiminasikan berbagai pesan lingkungan," katanya.
Di sisi lain, bagi pemerintah pesan-pesan lingkungan perlu didorong agar berbagai kebijakan dan perilaku birokrasi menjadi pro-lingkungan.
"Terkait permasalahan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam ini, sudah waktunya diperlukan suatu metode yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan agar dapat diterima berbagai lapisan masyarakat," katanya.
Dia menambahkan, Program CoLUPSIA (Collaborative Land Use Planning and Sustainable Institutional Arrangement) merupakan kolaborasi organisasi-organisasi, lembaga riset dan perguruan tinggi yang memiliki kepedulian terhadap sumberdaya alam hayati diantaranya CIRAD, CIFOR, Telapak, HuMA, TOMA, dan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.
"Kapasitas media"
Lokakarya ini ditujukan untuk membangun kapasitas jurnalis media di Maluku, dan Ambon pada khususnya, terhadap isu-isu kunci yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam, tata ruang, dan pemanfaatan jasa lingkungan dengan mengambil angle kawasan ekosistem Manusela di Seram.
Tindak lanjut lokakarya itu diharapkan akan mampu digunakan untuk membangun relasi lebih erat diantara pemerintah, kelompok - kelompok masyarakat sipil dan media.
Selain itu, sebagai pembekalan bagi jurnalis untuk berbagi informasi tentang isu-isu lingkungan, pengelolaan sumberdaya alam, tata ruang dan pemanfaatan jasa lingkungan, yang dilakukan melalui workshop pembekalan yang dilanjutkan dengan jurnalis trip di beberapa lokasi dikawasan ekosistem Manusela, Seram.
Membangun jejaring dan meningkatkan relasi diantara para pemangku kepentingan yaitu media, otoritas pemegang kebijakan/pemerintah dan kelompok masyarakat sipil (termasuk CoLUPSIA), guna memajukan peliputan media terhadap berbagai topik lingkungan dalam upaya meningkatkan kesadaran publik terhadap berbagai topik-topik.
Selain lokakarya, wartawan yang mengikuti kegiatan akan diterjunkan ke empat desa yang letaknya di pesisir TN Manusela, untuk melakukan penelitian tentang kondisi terkini TN tersebut.
"Diharapkan adanya produk media (feature, news, sejenisnya) yang dihasilkan termasuk di dalamnya liputan topik tentang permasalahan lingkungan-sosial-budaya di kawasan ekosistem Manusela," katanya.
Adanya hasil liputan yang `membumi? disertai dengan hasil riset dan pencermatan terhadap kondisi riil di lapangan yang dilakukan kalangan media sesuai dengan prinsip dan etika konten yang berlaku.
Selain itu, adanya rumusan kerjasama maupun kesepakatan lebih lanjut yang dapat dijalin olehmasing-masing pihak untuk membangun ikatan kerjasama lebih erat di masa mendatang, termasuk didalamnya rencana untuk berbagi informasi (sharing content) yang dapat dilaksanakan.
Lokakarya berlangsung dua hari yakni 17-18 Mei, selanjutnya para jurnalis akan turun lapangan untuk melakukan penelitian dan advokasi hingga 22 Mei, serta presentasi dan pembahasan tindaklanjut akan dilakukan pada 23 Mei mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar