Selamat Datang

Di sini Anda dapat membaca berita tentang Maluku yang dibuat oleh LKBN ANTARA. Seluruh berita dilindungi UU Hak Cipta dan karenanya tidak diperkenankan untuk disiarkan kembali melalui media apapun tanpa izin tertulis dari LKBN ANTARA.

Kamis, 07 Juli 2011

Bantuan Pupuk Kompos Proyek Gernas Kakao Mubazir

Namlea (KM) - Ratusan karung pupuk kompos ukuran 50 kilogram untuk menunjang program Gerakan Nasional (Gernas) kakao di Kabupaten Buru sejak 2009 lalu mubazir.

"Petani tidak mengerti cara penggunaannya sehingga ratusan karung pupuk yang disalurkan kontraktor asal Jember dibiarkan terbengkalai di bekas kantopr pos Babinsa," kata Sekretaris Desa Masarete, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, Kifli Mukadar, di Namlea, Kamis.

Saat penyerahan anakan kakao tahun 2009 dan disertai ratusan karung pupuk kompos, Dinas Pertanian Maluku bersama kontraktor janji akan mendatangkan petugas penyuluh.

Langkah itu untuk memberikan sosialisasi dan cara menggunakan pupuk kepada petani, tapi sampai saat ini tak satu pun petugas penyuluh lapangan yang muncul sehingga kondisinya tidak terurus dan karungnya sudah robek.

Selain pupuk, mereka juga memberikan bantuan obat-obatan yang masih tertampung di rumah ketua kelompok tani karena masyarakat tidak mengerti cara penggunaanya.

"Ketika dilakukan penyaluran pupuk dan obat-obatan, mereka ingatkan petani tidak menggunakannya karena nanti ada petugas penyuluh yang datang," ujar Kifli.

Jumlah petani kakao di Desa Masarete sebanyak 50 orang, dimana satu petani menerima jatah 1.000 anakan kakao. Namun saat penyaluran bibit tahun 2009 lalu, satu peteni hanya menerima 100 anakan.

Desa Kayeli

Kondisi serupa juga terjadi di Desa Kayeli dan Desa Seith, Kecamatan Waeapo yang menerima bantuan pupuk kompos dan obat-obatan tapi diterlantarkan di kantor desa.

Kepala Desa Kayeli, Mohammad Idris Wael, menjelaskan, bibit kakao yang dijanjikan tahun 2009 sebanyak 1.000 anakan per petani tidak terpenuhi.

"Yang terealisasinya hanya 500 anakan, lalu kekurangannya sampai sekarang tidak dipenuhi dan kontraktor memaksa untuk menandatangani berita acara penyerahan barang sejak 2009," katanya.

Ketua kelompok tani di Kayeli, Ahmad Samlan, menjelaskan, dari 500 anakan kakao yang diberikan, hanya setengah dari jumlah tersebut yang hidup.

"Pembibitannya berlangsung di Unit XVI, kecamataan Waeapo, lalu diangkut dengan landen ke sini," katanya.

Hanya saja pengepakan bibit dalam satu karung yang memuat 50 anakan saling berhimpitan dan diletakan dalam air laut menyebabkan banyak anakan kakao yang mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar