Oleh James F. Ayal
Nama Kisar bagi masyarakat Maluku dan Kepulauan Nusa Tenggara, tidaklah asing. Pulau bertopografi karang cadas dan tandus itu salah satu dari 18 pulau terluar di Maluku yang berhadapan langsung dengan negara tetangga Timor Leste dan Australia.
Walaupun tandus, jangan dikira pulau di wilayah kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) itu tidak memiliki potensi sumber daya alam yang bisa diunggulkan.
Sebut saja jeruk kisar, buah khas yang merupakan satu dari sekian potensi sumber daya alam andalan daerah yang baru dimekarkan sebagai kabupaten baru itu, setelah berpisah dari Maluku Tenggara Barat (MTB) tahun 2008.
Terkenal sejak dahulu, buah dengan rasa manis dan asam itu tidak ditemukan di daerah lain di Maluku, dan sudah dikembangkan sebagai salah satu mata pencarian keluarga secara turun-temurun.
Berbeda dari tanaman jeruk lain di Indonesia yang hanya berkembang subur di dataran tinggi, misalnya jeruk brastagi dan jeruk pontianak, jeruk kisar tumbuh di dataran rendah.
Kisar adalah sebuah pulau kecil yang terbentuk dari batu karang dan udaranya pun sangat panas, sehingga tidak mungkin pohon jeruk bisa tumbuh di sana.
Tetapi faktanya, jeruk kisar yang merupakan salah satu varietas dari spesies jeruk keprok (C. nobilis) bisa tumbuh subur, malah tahan terhadap ancaman kekeringan yang setiap tahun melanda kabupaten MBD.
Sebagian besar warga di Pulau Kisar dan sekitarnya mengembangkan tanaman ini sebagai sumber mata pencarian, kendati panennya hanya sekali setahun.
"Orang tua saya mengembangkan tanaman jeruk kisar sejak tahun 1970-an. Ini mata pencarian utama keluarga kami turun temurun," ujar seorang petani bernama Semmy Letelay.
Ia mengaku bisa menjual 8.000 - 20.000 buah jeruk kisar ke Ambon, setiap habis panen. Dari penghasilan itu ia mampu menghidupi dan membiayai pendidikan tiga orang anaknya.
Saat ini jeruk kisar tidak lagi menjadi buah lokal dan kebanggaan masyarakat di Pulau Kisar saja, tetapi dikenal luas oleh seluruh masyarakat Maluku dan di kepulauan Nusa Tenggara.
Hal itu terjadi setelah dikeluarkannya SK Menteri Pertanian No.864/Kpts/TP.240/11/1998, yang menyatakan jeruk kisar sebagai varietas unggul kabupaten MBD dan sudah mendapat sertifikasi dengan nama "jeruk manis Kisar".
"Budidaya Tradisional"
Tanaman jeruk kisar dikembangkan masyarakat di pulau Kisar secara alamiah menggunakan biji, tanpa tindakan budidaya.
Biji tidak disemai lagi, tetapi setelah dagingnya dimakan, bijinya dibuang ke tanah di sekitar rumah maupun kebun, dan dibiarkan tumbuh secara alamiah sampai berbuah.
Karena itu, jarak antartanaman tidak teratur, berkisar 2,5-3 meter.
Selain Pulau Kisar, tanaman ini juga tumbuh di Pulau Romang, Damer dan Wetar, kabupaten MBD.
Anehnya, jeruk kisar yang ditanam di luar pulau kisar berasa asam, hanya jeruk yang ditanam di pulau Kisar yang berasa manis.
Kepala Dinas Pertanian Maluku, Ruddy Latuheru, mengatakan, jeruk kisar dikembangkan oleh petani dengan luas areal penanaman antara 1.000-1.500 ha dengan bentuk pengusahaan perorangan.
Tidak pada satu hamparan yang luas oleh suatu perusahaan perkebunan, akan tetapi terpisah-pisah sesuai luas tanah milik petani. Pemupukan, pencegahan hama dan penyakit tidak pernah dilakukan, selain hanya penyiangan.
Jenis tanah di daerah kepulauan Kisar adalah jenis alfisol, inceptisol dan vertisol dengan keadaan lahan pada daerah pertanaman bertopografi datar sampai bergelombang, kemiringan 0-6 derajat dan kedalaman efektif perakaran 35-70 cm, tingkat keasaman tanah (pH) 5,6 -6,4, ketinggian tempat 0-200 meter di atas permukaan laut, tipe curah hujan B-D, di mana bulan basah 6-8 bulan dan kering 0-4 bulan serta suhu udara 25-31 derajat celcius.
Umur produksi tanaman jeruk yakni antara tiga hingga 12 tahun dengan periode waktu berbunga pada Januari-Februari, sedangkan masa panennya Juli-Oktober.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Maluku kapasitas produksi jeruk kisar antara 1.200 hingga 1.500 buah per pohon atau 250 - 300 kilogram per pohon. Tinggi pohon umumnya 5-7 meter.
Ciri-ciri jeruk kisar yang sudah masak yakni hijau kekuning-kuningan seukuran bola tenis dengan berat rata-rata 118 gram, permukaan buah halus, berkulit tebal.
Umumnya, petani Pulau Kisar baru memetik jeruk saat telah mencapai tingkat kematangan 75-80 persen.
Jeruk kisar memiliki rasa mirip jeruk bali, yakni manis bercampur asam serta airnya banyak dan sangat menyegarkan bila dimakan saat sedang terik.
Jeruk yang telah dipanen biasanya dikemas dalam keranjang yang dianyam dari bambu, sebelum dipasarkan ke Kupang dan Ambon dengan menggunakan kapal laut. Harganya Rp10.000 per empat buah.
Harga di tingkat petani rata-rata Rp1.500 hingga Rp6.500/kg tergantung mutu.
Saat ini, jeruk kisar juga dipasarkan ke Timor Leste, yang letaknya lebih dekat dari Kisar dan hanya membutuhkan waktu satu jam perjalanan menggunakan kapal kecil. Selain itu, juga ke Pulau Kambing yang menjadi lokasi 'barter' berbagai hasil bumi Kisar dan Timor Leste.
"Masyarakat kedua daerah ini masih memiliki pertalian hubungan kekeluargaan," ujar Semmy Letelay.
"Program Pengembangan"
Kadis pertanian Ruddy Latuheru menegaskan, saat ini pihaknya telah menyiapkan sejumlah program pengembangan jeruk kisar agar hasil produksinya lebih meningkat, di samping dilakukan peremajaan guna mengganti tanaman yang telah berusia tua.
Tahun 2010 lalu, Dinas Pertanian Maluku mengalokasikan sejumlah dana untuk pengembangan tanaman jeruk kisar seluas 10 hektare di beberapa pulau di Kabupaten MBD, sedangkan tahun 2011 ini direncanakan akan dikembangkan 12 hektare.
"Pengembangannya dilakukan secara bertahap dalam rangka perluasan areal pengembangan maupun meningkatkan hasil produksi jeruk kisar dengan orientasi pasaran dalam negeri, apalagi jeruk ini terkenal sangat tahan dan tidak mudah terserang hama penyakit," ujarnya.
Selain itu, Pemkab MBD melalui instansi teknis terkait pun mulai mengembangkan tanaman ini sebagai komoditi unggulan daerahnya, termasuk melatih para petani tentang cara pengembangan jeruk yang baik, termasuk transformasi teknologi tepat guna untuk pengolahan pascapanen.
"Saat ini hasil panen jeruk kisar langsung dipasarkan dalam bentuk buah sehingga diperlukan pengembangan teknologi pengolahan tepat guna agar dijual dalam bentuk produk olahan bermanfaat lainnya," ujar Latuheru.
Dia berharap pemerintah provinsi Maluku maupun kabupaten MBD dapat membuka akses transportasi dari Kisar ke Ambon, Kupang maupun daerah lainnya, sehingga mempermudah dan memperluas jaringan distribusi dan pemasaran hasil panen jeruk kisar ke berbagai daerah di tanah air.
Itu semua akan membuat jeruk kisar tidak lagi terkungkung di pulaunya sendiri, tetapi bisa dinikmati masyarakat di seluruh tanah air, bahkan mungkin manca negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar