Kupang (KM) - Korban banjir asal Desa Lasaen, Kecamatan Malaka Barat yang dievakuasi ke Weliman di bagian selatan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, ingin kembali ke rumah, meskipun kampung halaman mereka masih terendam air luapan Sungai Benenain.
"Kami ingin pulang kampung mencari makan di sana," kata koordinator korban banjir asal Desa Lasaen Yohanes Seran (39) ketika menghubungi ANTARA dari lokasi penampungan Weliman, Rabu siang.
Ia mengungkapkan keinginan warganya tersebut, karena distribusi bantuan bahan makanan kepada para korban bencana di Weliman sudah bertambah jarang dalam beberapa hari terakhir ini.
"Ada sekitar 38 kepala keluarga asal Desa Lasaen yang tertampung di SDK Knilaran di Kecamatan Weliman sejak 25 April lalu. Kami sekarang kesulitan mendapatkan bahan makanan secara rutin, sehingga memilih untuk kembali ke kampung halaman," ujarnya.
Seran mengatakan jika pemerintah Kabupaten Belu tidak berkeinginan lagi untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada korban banjir di Weliman, sebaiknya dievakuasi kembali ke kampung halamannya untuk mencari makan di sana.
"Memang sulit mencari makan di desa yang saat ini masih digenangi banjir, tetapi lebih baik pulang kampung ketimbang harus bertahan tanpa ada yang peduli," ucapnya, lirih.
Wakil Bupati Belu Lodovikus Taolin yang dihubungi secara terpisah mengatakan, hambatan distribusi bantuan kemanusiaan tersebut, karena amblasnya sebuah jembatan yang menghubungkan Atambua, ibu kota Kabupaten Belu dengan lokasi banjir di selatan Belu yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.
"Adakah korban banjir yang rela memikul karung beras melalui sungai yang masih deras airnya di jembatan yang rubuh itu? Masyarakat kami selalu demikian...inginnya untuk terus dilayani, namun tidak pernah berusaha untuk memahami kondisi yang terjadi di lapangan," katanya.
Ia kembali mendesak pemerintah Provinsi NTT untuk segera memerhatikan pembangunan jembatan yang rontok itu agar tidak lagi menjadi penghambat dalam upaya mendistribusi bahan makanan kepada korban bencana banjir di selatan Kabupaten Belu itu.
"Kami butuh jembatan darurat yang bisa dilalui kendaraan roda empat agar distribusi bantuan tidak lagi mengalami hambatan," demikian Lodovikus Taolin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar