London (KM) - Keberagaman budaya dunia, termasuk Indonesia, menarik perhatian anak-anak Norwegia di Stoppested Verden Festival yang merupakan festival budaya internasional untuk anak-anak terbesar di Kota Hamar, Norwegia, sekitar 120 km dari Oslo.
Temperatur yang dingin dan hujan rintik-rintik tidak membendung keinginan anak-anak di Kota Hamar dan sekitarnya untuk mengenal budaya mancanegara pada Stoppested Verden Festival 2011, ujar Sekretaris Tiga Pensosbud KBRI Oslo, Febby Fahrani kepada Antara London, Kamis.
Dikatakannya, keikutsertaan KBRI Oslo di Stoppested Verden Festival untuk keempat kalinya itu Indonesia memperkenalkan permainan congklak, wayang kulit dan batik jumputan bersama anak-anak sedunia .
Sekitar 8.000 pengunjung yang kebanyakan anak-anak dimanjakan dengan aneka berbagai kegiatan dan tampilan budaya yang diusung oleh berbagai institusi dan kelompok masyarakat yang mewakili 28 negara, termasuk Indonesia yang diwakili KBRI di Oslo.
Tawa lepas dan senyum malu anak-anak mewarnai kegiatan bermain bersama di Pendopo Indonesia dan Rumah Gamelan Indonesia selama Stoppested Verden Festival, di kota Hamar selama dua hari di akhir pekan.
Anak-anak menikmati permainan khas anak-anak Indonesia seperti congklak dan egrang yang dimainkan bersama dengan Kelompok Anak Indonesia binaan KBRI Oslo. Mereka juga tampak menikmati suguhan sate yang langsung disajikan dari angkring sate, ujarnya.
Dikatakannya, selama dua hari, anak-anak tertarik menonton pertunjukan wayang kulit dan menjadi dalang wayang kulit.
Penampilan tarian tradisional Indonesia yang dibawakan Kelompok Anak Indonesia, baik di Panggung Utama Festival maupun di Pendopo Indonesia, menjadi daya tarik bagi anak-anak dan orang tua yang mengunjungi Festival.
Tari Bajidor Kahot, Tari Merak, Tari Kembang Tanjung, congklak, sate ayam, dan wayang kulit hanya beberapa daya tarik Pendopo Indonesia di festival budaya internasional untuk anak-anak tersebut.
KBRI Oslo mengajak anak-anak yang mengunjungi Pendopo Indonesia mempelajari Gamelan Indonesia dalam workshop dengan instruktur asal Norwegia, dan membuat ikat leher dengan motif batik jumputan.
Festival yang diadakan di Museum Kereta Tua Norwegia, Norsk Jernbanemuseum, berhasil memperkenalkan keragaman seni dan budaya berbagai negara di dunia.
Pada 2011 sebanyak 28 budaya dari 28 negara di dunia, antara lain Indonesia, Norwegia, Rusia, Iran, Vietnam, India, Kenya, Tibet, Turki, Mesir, Etiophia, Argentina, Guatemala, Meksiko, Zimbabwe, Jepang, dan Pakistan, diperkenalkan kepada sekitar 8000 pengunjung.
Festival tidak hanya menghibur pengunjung dengan aneka tampilan budaya seperti tari-tarian, permainan musik tradisional, akrobat, permainan khas, dan lukisan tangan dan wajah, tapi juga mendidik akan keragaman budaya.
Sebagaimana disampaikan Mocci Ryen, produser Festival, pada acara pembukaan Festival, bahwa Festival diharapkan dapat menjadi tempat seluruh budaya berbaur dan tempat perkenalan budaya, yang pada akhirnya akan menciptakan rasa saling pengertian yang tinggi yang tentunya akan semakin mempererat persahabatan.
Harapan yang sama juga dikemukakan Dubes RI-Oslo, Esti Andayani, saat bertemu dengan Mocci Ryen di sela-sela penyelenggaraan Festival.
Kepada penyelenggara, Dubes RI-Oslo menyatakan dengan mengenal budaya Indonesia hubungan akan dapat terus ditingkatkan dan menjadi modal bagi kerja sama antara Indonesia dan Norwegia di berbagai bidang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar