Ambon (KM) - Ikan produksi para nelayan maupun didaratkan kapal penangkap di Ambon, saat ini merambah dua kota besar di pulau Jawa dan Benoa, Bali, kata Kadis Kelautan dan Perikanan setempat, Pieter Saimima.
"Ikan jenis tuna, momar, cakalang, layang, deho (komu), bawal, kembung dan ubur - ubur dipasok melalui laut ke Jakarta, Surabaya dan Benoa oleh para pengusaha yang berkantor pusat di Ambon, "katanya, di Ambon, Jumat.
Distribusi ikan antarpulau tersebut pada Januari 2011 mencapai 356, 28 ton, Februari 438, 26 ton, Maret 406,06 ton dan hingga pekan terakhir April 304 ton.
"Jadi sedang dikoordinasikan dengan PT. Angkasa Pura I cabang Ambon untuk penempatan petugas di bandara internasional Pattimura untuk mengawasi pengiriman ikan dengan memanfaakan jasa cargo yang selama ini belum dilakukan karena keterbatasan personil," ujar Pieter.
Dia menilai kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad melarang impor jenis ikan tertentu yang populasinya di perairan Maluku cukup banyak strategis untuk pengembangan usaha para nelayan di daerah ini, termasuk kota Ambon.
Karena itu, para nelayan diberdayakan dengan melengkapi armada penangkapan ikan dan diberlakukan regulasi yang memudahkan kapal - kapal penangkap ikan berlabuh di PPI Eri.
"Peluang strategis tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan, sekaligus memberikan kontribusi kepada pendapatan asli daerah (pad)," ujar Pieter Saimima.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP, Victor Nikijuluw, mengatakan, larangan impor ikan seperti cakalang, momar dan tongkol itu strategis bagi Maluku maupun daerah lainnya di Indonesia Timur.
"Larangan tersebut strategis karena para nelayan saat ini mencari jenis ikan tersebut di Indonesia Timur, termasuk Maluku yang kaya biota laut tersebut dengan potensi 1,64 juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan seitar 300 - 500-an ton per tahun ," ujarnya.
Victor mengemukakan, persoalan pemasokan ikan dari Indonesia ke Pulau Jawa yang merupakan hambatan karena dihadapkan dengan transportasi belum lancar dan mahalnya tarif kargo.
Kargo dari Ambon ke Surabaya seharga 1.300 dolar AS. Padahal, dari Shanghai ke Surabaya untuk impor ikan jenis cakalang hanya 800 dolar AS.
"Jadi ini perlu ada terobosan dari pemerintah di Indonesia Timur untuk membangun fasilitas perhubungan sehingga terjalin koneksitas ketersediaan ikan guna memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa," kata Victor.
Kendala tersebut, menurut dia mengakibatkan harga ikan yang dipasok dari Indonesia Timur untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa relatif lebih mahal dibandingkan impor seperti dari Sanghai.
Apalagi, Kargo juga terbatas seperti dari Ambon ke Surabaya yang hanya dua kali sepekan.
"Berbagai langkah terobosan harus dilakukan pemerintah di Indonesia Timur untuk menggugah pemerintah pusat melihat permasalahan tersebut sehingga kegiatan impor di era perdagangan bebas ini tidak mengancam produksi dalam negeri," tegas Victor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar