Ambon (KM) - Kearifan lokal menjadi potensi besar bagi pengembangan investasi pariwisata di Provinsi Maluku, kata Country Programme Advisor International Labor Organization Indonesia Johannes Lokolo di Ambon, Rabu.
"Daerah ini memiliki banyak kearifan lokal yang bisa menjadi aset bagi pariwisata seni dan budaya," katanya.
Menurut Lokolo, wisatawan mancanegara (wisman), khususnya yang berasal dari Eropa, lebih menyukai daerah yang mempunyai kearifan lokal, yakni ciri khas seni dan budaya tradisional. Untuk itu pemerintah dan masyarakat Maluku harus terus melestarikan seni budaya tradisional milik mereka.
"Biasanya sesuatu yang etnik dan tradisional lebih diminati oleh wisman dari Eropa, karena mereka di sana tidak memiliki seperti yang ada di sini," katanya.
Ia mengatakan, seni dan kebudayaan daerah Maluku cukup unik karena beberapa di antaranya mengandung unsur budaya peninggalan penjajah Portugis dan Belanda, seperti tari katreji, dansa tali, dansa ola-ola dan lainnya, pemandangan alam dan pantai yang eksotik juga menjadi potensi pariwisata yang harus diperhatikan dan dikembangkan oleh pemerintah setempat.
"Tari-tarian yang memadukan unsur budaya kolonial bisa dimanfaatkan untuk memancing kedatangan wisman yang negaranya pernah memiliki keterikatan sejarah dengan daerah ini pada zaman dulu," katanya.
Lokolo menyatakan, potensi pariwisata di Maluku sangat banyak, hanya belum digali dan dimanfaatkan dengan maksimal oleh masyarakat dan pemerintah setempat, misalnya penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang memadai dengan tetap menonjolkan ciri khas kearifan lokal yang ada.
"Maluku punya pantai yang indah, masyarakat tinggal menyediakan perahu tradisional, makanan khas daerah dan lain sebagainya. Warga setempat juga harus diberdayakan dan dikuatkan sebagai rekan pemerintah dalam mengembangkan potensi pariwisata di daerah," katanya.
Ia menambahkan, saat ini ILO Maluku sedang menggelar program pelatihan kepada 60 pemuda di Kota Ambon untuk menjadi tenaga-tenaga ahli di bidang pariwisata. Mereka juga akan mendatangkan pakar di bidang tersebut dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Juni 2011 sebagai fasilator.
"Program itu sudah kami laksanakan sejak lima bulan lalu. Kami melatih 60 pemuda yang tidak memiliki pekerjaan untuk menjadi tenaga siap pakai, sekarang beberapa di antaranya sudah bekerja di hotel dan restoran," kata Johannes Lokolo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar